MALAM UNTUK SI PENGEMBARA MISKIN

Malam mengaduk mimpi manusia yang tertidur,
manusia yang lelah karena harapan - harapan,
manusia yang penat oleh asa - asa yang terbuang,
kecuali seorang yang terlunta dan paling miskin,
yang tertatih mengais comberan kehidupan,
menangis dan tertawa dalam detik yang sama,
dan berpantun sendiri tanpa pendengar,
akhirnya lunglai pada sebuah sandaran lapuk,
sandaran yang bertuliskan "sampah abadi",
dan bernyanyi sendiri dengan suara tercekik,
namun sesaat ada keharuan yang menyeruak,
bersyukur karena mendapat sekantung remah,
remahan roti yang nikmat dari sampah itu,
basah oleh liurnya yang menetes tanpa henti,
akhirnya, hening, senyap, dan ada sisa nafas,
yang berbunyi "AMIN"